Pengemis hi-tech di China ini sering ditemui di kota Jinan yang terletak di Provinsi Shandong. Salah satu pengemis yang menarik perhatian media adalah lelaki yang duduk di pinggir jalan dengan menggunakan jaket berwarna biru.
Baca Juga:
- Jusuf Kalla Tak Ingin Staf yang Buang Uang Bekerja di Kementerian
- Ini Lho Alasan Penumpang Keluar Masuk Pesawat dari Sisi Kiri
- Anang Sorot Buku SD yang Sebut Yerusalem Ibukota Israel
Pengemis yang dilaporkan memiliki gangguan mental tersebut mencoba untuk menarik sumbangan dari orang-orang yang ia lewati dengan menggunakan QR code yang ia cetak dan dipajang pada sebuah kertas.
Meski demikian, menurut perusahaan pemasaran digital China Channel, QR Code yang digunakan oleh pengemis ternyata tidak hanya ditujukan untuk menerima sumbangan. Menurut firma tersebut, pengemis ini justru ‘dimanfaatkan’ oleh perusahaan penerbit QR Code.
Prediksi Bola:
- Prediksi Manchester United vs Bournemouth 14 Desember 2017
- Prediksi AC Milan vs Hellas Verona 14 Desember 2017
Perusahaan penerbit akan memanfaatkan data-data pengguna yang memindai QR Code sang pengemis. Nantinya data tersebut kemudian dijual untuk pemasar dengan harga cukup tinggi untuk dijadikan target pemasangan iklan.
Ternyata, cara ini ternyata cukup sukses untuk mengumpulkan sumbangan dalam jumlah yang besar. Hal ini dikarenakan warga China tidak perlu repot-repot untuk mengeluarkan uang yang kecil.
Lewat cara ini, pengemis juga bisa mendapat komisi cukup besar. Setiap kali sukses mendapat satu pengunjung yang menempelkan QR Code, pengemis akan dibayar sebanyak 0,7 hingga 1,5 yuan. Rata-rata dalam seminggu mereka bisa mengumpulkan 4.536 yuan atau Rp 9,07 juta. Lebih besar dibanding penghasilan minimum pekerja China.
Semuanya mungkin terdengar aneh bagi orang asing, tapi harus dicatat bahwa China adalah negara yang diperkirakan akan sukses menerapkan cashless economy.
Pojok Bola
- Illija Spasojevic Tinggalkan Bhayangkara FC
- PSG Gembira Jumpa Real Madrid di UCL
- AS Roma Raih Scudetto
- Chelsea Kalahkan Huddersfield
Sebagian besar penduduk China kini menggunakan metode pembayaran online. Barcode dua dimensi hitam dan putih digunakan dalam berbagai cara, mulai dari pembayaran di toko, tip di restoran dan hadiah uang tunai di pesta pernikahan.
Pembayaran daring di China juga lebih besar 50 kali dibanding Amerika Serikat. Perusahaan riset Chen Yiwen mengungkap, jumlah pembayaran daring pada 2016 mencapai US$ 112 miliar.
Menurut peneliti, perilaku ini disebut dengan istilah “codeconomy.”
Baca juga artikel kami yang lainnya. Berikut rujukannya silahkan diklik : cerita seks terbaru dan cerita dewasa bergambar
Baca Juga :
Ping balik: Ikut DWP? Pemerintah Keluarkan Larangan Mabuk | Agen Bola, Casino, Togel, Poker dan Sabung Ayam Terpercaya